Bukti kebesaran Allah pada tulang ekor

<br /> <h2> Bukti kebesaran Allah pada tulang ekor</h2> "Tiada bagian dari tubuh manusia kecuali akan hancur (dimakan tanah) kecuali satu tulang, yaitu tulang ekor, darinya manusia dirakit kembali pada hari kiamat" ( HR. Al Bukhari , Nomor : 4935 )<br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="http://static.arrahmah.net/images/stories/2012/06/tulang-ekor.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="254" src="http://static.arrahmah.net/images/stories/2012/06/tulang-ekor.jpg" width="320" /></a></div> Belasan abad lamanya, hadits tersebut menjadi hal yang gaib yang tidak mungkin bisa dijelaskan dengan logika. Seiring berjalannya waktu beberapa penelitian ilmiah mampu menjelaskan kebenaran hadits tersebut dikemudian hari. <br />  <i>"Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?" Katakanlah: "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk"</i> (QS. Yasin : 78-79).<br /> Adalah Han Spemann, Ilmuwan Jerman yang berhasil mendapatkan hadiah nobel bidang kedokteran pada tahun 1935. Dalam penelitiannya ia dapat membuktikan bahwa asal mula kehidupan adalah tulang ekor. Darinyalah makhluk hidup bermula. Dalam penelitiannya ia memotong tulang ekor dari sejumlah hewan melata, lalu mengimplantasikan ke dalam <i>embrio Organizer</i> atau pengorganisir pertama.<br /> Pada saat sperma membuahi <i>ovum</i> (sel telur), maka pembentukan janin dimulai. Ketika <i>ovum</i> telah terbuahi (zigot), ia terbelah menjadi dua sel dan terus berkembang biak. Sehingga terbentuklah <i>embryonic disk</i> (lempengan embrio) yang memiliki dua lapisan.<br /> <br /> <figure class="thumbnail wp-caption alignleft" id="attachment_172094" style="width: 192px;"><img alt="" class=" wp-image-172094 " height="200" src="http://static.arrahmah.net/images/stories/2012/06/hans-spemann.jpg" title="hans-spemann" width="127" /><figcaption class="caption wp-caption-text">Han Spemann, Ilmuwan Jerman</figcaption></figure> Pertama, <i>External Epiblast</i> yang terdiri dari <i>cytotrophoblasts</i>, berfungsi menyuplai makanan embrio pada dinding uterus, dan menyalurkan nutrisi dari darah dan cairan kelenjar pada dinding uterus.<br /> Sedangkan lapisan kedua, <i>Internal Hypoblast</i> yang telah ada sejak pembentukan janin pertama kalinya. Pada hari ke-15, lapisan sederhana muncul pada bagian belakang embrio dengan bagian belakang yang disebut primitive node (gumpalan sederhana).<br /> Dari sinilah beberapa unsure dan jaringan, seperti <i>ectoderm</i>, <i>mesoderm,</i> dan <i>endoderm</i> terbentuk.<br /> - <i>Ectoderm</i>, membentuk kulit dan sistem syaraf pusat.<br /> - <i>Mesoderm</i>, membentuk otot halus sistim digestive (pencernaan), otot skeletal (kerangka), sistem sirkulasi, jantung, tulang pada bagian kelamin, dan sistem urine (selain kandung kemih), jaringan subcutaneous, sistem limpa, limpa dan kulit luar.<br /> - Sedangkan, <i>Endoderm</i>, membentuk lapisan pada sistim <i>digestive</i>, sistem pernafasan, organ-orang yang berhubungan dengan sistem digestive (seperti hati dan pancreas), kandung kemih, kelenjar <i>thyroid</i> (gondok), dan saluran pendengaran. Gumpalan sederhana inilah yang mereka sebut sebagai TULANG EKOR.<br /> Pada penelitian lain, Han mencoba menghancurkan tulang ekor tersebut. Ia menumbuknya dan merebusnya dengan suhu panas yang tinggi dan dalam waktu yang sangat lama. Setelah menjadi serpihan halus, ia mencoba mengimplantasikan tulang itu pada janin lain yang masih dalam tahap permulaan embrio. Hasilnya, tulang ekor itu tetap tumbuh dan membentuk janin sekunder pada guest body (organ tamu). Meskipun telah ditumbuk dan dipanaskan sedemikian rupa, tulang ini tidak 'hancur'.<br /> Dr. Othman al Djilani dan Syaikh Abdul Majid juga melakukan penelitian serupa. Pada bulan Ramadhan 1423 H, mereka berdua memanggang tulang ekor dengan suhu tinggi selama 10 menit. Tulang pun berubah, menjadi hitam pekat. Kemudian, keduanya membawa tulang itu ke al Olaki Laboratory, Sana'a, Yaman, untuk dianalisis. Setelah diteliti oleh Dr. al Olaki, profesor bidang <i>histology</i> dan <i>pathologi</i> di Sana'a University, ditemukanlah bahwa sel-sel pada jaringan tulang ekor tidak terpengaruh. Bahkan sel-sel itu dapat bertahan walau dilakukan pembakaran lebih lama.<br /> Lebih dari itu berdasarkan penelitian mutakhir, sebagaimana yang disampaikan oleh Jamil Zaini, Trainer Asia Tenggara Kubik Jakarta ketika mengisi acara buka puasa bersama di al Azhar-Solo Baru dengan tajuk, <i>"Inspiring Day; Inspiring The Spirit of Life",</i> tulang ekor ini merekam semua perbuatan anak Adam, dari sejak lahir hingga meninggal dunia. Ia merekam semua perbuatan baik-buruk mereka. Dan perbuatan mereka ini akan berpengaruh pada kondisi tulang ekornya. Putih bersih atau hitam kotor. Semakin banyak energy positif atau kebaikan seseorang maka semakin bersih tulang ekornya, dan semakin banyak energy negative atau keburukan seseorang maka semakin hitamlah tulang ekornya.<br /> Dari sinilah, balasan pada hari kiamat kelak tidak akan pernah tertukar. Dari tulang ekor inilah, manusia akan kembali dicipta, dan mereka akan diberi balasan sesuai dengan kadar amal-amal mereka. Ajaibnya, ini semua sudah disabdakan oleh Nabi berpuluh abad yang lalu.<br /> "Tiada bagian dari tubuh manusia kecuali akan hancur (dimakan tanah) kecuali satu tulang, yaitu tulang ekor, darinya manusia dirakit kembali pada hari kiamat." (HR. al Bukhari, nomor 4935).<br /> Hadits senada juga diriwayatkan oleh Imam Muslim (nomor 2955),<br /> Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shallallâhu alaihi wa sallam bersabda, "Seluruh bagian tubuh anak Adam akan (hancur) dimakan tanah kecuali tulang ekor, darinya tubuh diciptakan dan dengannya dirakit kembali."<br /> Dari petunjuk hadist di atas, Ilmuwan muslim pada paruh kedua abad ke-20 telah mendasarkan pemahaman mereka mengenai kemukjizatan hadis tentang tulang ekor ini pada kaidah pengetahuan yang paling dasar, yaitu "Tulang ekor merupakan bagian pertama yang tumbuh dari janin, biasa disebut dengan primitive streak, yaitu bagian utama yang terbentuk pada minggu ketiga".<br /> <i>"Akan Kami tunjukkan kepada mereka ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) Kami pada alam dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran itu benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?"</i> (Fushshilat: 53)<br /> artikel di peroleh di <a href="http://www.arrahmah.com/">www.arrahmah.com</a>

artikel Bukti kebesaran Allah pada tulang ekor

Bukti kebesaran Allah pada tulang ekor "Tiada bagian dari tubuh manusia kecuali akan hancur (dimakan tanah) kecuali satu tulang, yaitu tulang ekor, darinya manusia dirakit kembali pada hari kiamat" ( HR. Al Bukhari , Nomor : 4935 ) Belasan abad la…

Baca selengkapnya »

sifat-sifat rasulullah

<br /> Ar Rasul karya Said Hawwa<br /> Collected at : www.rezaervani.com<br /> Komunitas : http://groups.yahoo.com/group/rezaervani<br /> 1<br /> SIFAT-SIFAT RASULULLAH<br /> Kami mulai bab ini, dengan tujuan mengenalkan beberapa segi dari kepribadian<br /> Rasulullah saw., sehingga hal itu nantinya bisa menjadi kunci bagi bab-bab yang lain.<br /> Pembahasan ini dilakukan dengan urutan sebagai berikut<br /> 1. Fisik Rasulullah<br /> Dalam bahasan ini, kami menjelaskan sifat-sifat fisik Rasulullah saw., sehingga<br /> tampak jelas bahwa susunan fisik Rasulullah saw. sesuai dengan risalah yang<br /> dibebankan kepada beliau.<br /> 2. Sifat-Shat Utama Rasulullah<br /> Berbicara tentang sifat-sifat utama para rasul dan menjelaskan mengapa Rasulullah<br /> saw. menjadi pihak yang memiliki sifat tertinggi dari sekalian manusia.<br /> 3. Rasulullah Panutan yang Paling Utama<br /> Menjelaskan tentang posisi Rasulullah saw. sebagai panutan utama bagi manusia<br /> dalam seluruh segi kehidupan karena dalam setiap segi, beliau telah mencapai puncak<br /> kesempurnaan.<br /> Kami berharap, setelah kami selesai bab ini, maka akan tampak jelaslah bagi pencari<br /> kebenaran bahwa Muhammad saw. adalah utusan Allah yang sebenarnya.<br /> A. FISIK RASULULLAH<br /> Saat seseorang memandang fisik Rasulullah saw., ia segera merasakan bahwa ia sedang<br /> berada di depan keindahan yang meng-agumkan dan tak ada duanya. Penampilan yang<br /> mencerminkan ke-percayaan yang mutlak dan tak terbatas. Berikut ini adalah pendapat<br /> yang disepakati oleh mereka yang bertemu dan melihat langsung Rasulullah saw.<br /> Ad-Darimi dan al-Baihaqi mentakhrij bahwa Jabir bin Samurah berkata,<br /> “Aku melihat Nabi saw. pada malam bulan purnama, dan ketika aku bandingkan antara<br /> wajah Nabi saw. dan indahnya bulan, say a dapati wajah Nabi saw. lebih indah<br /> dibandingkan rembulan.”<br /> At-Tirmidzi dan al-Baihaqi meriwayatkan bahwa Abu Hurairah r.a. berkata,<br /> “Aku tidak pernah melihat sesuatu yang lebih indah dari Rasulullah saw.. Seakan-akan<br /> mentari bersinar dari wajah beliau. Aku tidak pernah dapati seseorang yang lebih cepat<br /> jalannya dibandingkan beliau, seakan-akan bumi melipat sendiri tubuhnya saat beliau<br /> berjalan. Ketika aku ikut berjihad, aku lihat beliau tidak pernah berlindung di balik<br /> perisai.”<br /> Bukhari-Muslim meriwayatkan bahwa al-Barra berkata,<br /> “Rasulullah saw. mempunyai pundak yang lebar, rambutnya mencapai ujung telinga,<br /> dan tidak pernah ada orangyang lebih indah dipandang dibandingkan beliau.”<br /> Ar Rasul karya Said Hawwa<br /> Collected at : www.rezaervani.com<br /> Komunitas : http://groups.yahoo.com/group/rezaervani<br /> 2<br /> Muslim meriwayatkan dari Abu Thufail bahwa ia pernah diminta untuk menceritakan<br /> tentang Rasulullah saw. kepada kami, kemudian ia menjawab,<br /> “Beliau memiliki wajah yang putih dan berseri.”<br /> Bukhari meriwayatkan bahwa Abu Hurairah berkata,<br /> “Rasulullah saw. memiliki dua kaki yang kokoh dan tegap, dan wajah yang indah, yang<br /> belum pernah kutemukan wajah seindah itu sebelumnya.”<br /> Abu Musa Madini meriwayatkan dalam kitab ashShahabah bahwa Amad bin Abad al-<br /> Hadhrami berkata,<br /> “Aku melihat Rasulullah saw., dan tidak pernah melihat wajah seindah itu sebelumnya<br /> maupun sesudahnya.”<br /> Ad-Darimi meriwayatkan bahwa Ibnu Umar berkata,<br /> “Aku tidak pernah temukan orangyang lebih berani, dermawan, dan lebih bersinar<br /> wajahnya, dibandingkan Rasulullah saw..”<br /> Ahmad dan Baihaqi meriwayatkan bahwa Mahrasy Kahti berkata,<br /> “Rasulullah saw. mengambil umrah darijiranah, pada malam hari. Dan, ketika soya<br /> melihat bagian belakang tubuh beliau, say a seperti melihat perakyang menyala.”<br /> Abdullah bin Imam Ahmad serta al-Baihaqi meriwayatkan bahwa Ali r.a. berkata,<br /> “Rasulullah saw. bukanlah orangyang tubuhnya tinggi menjulang.Jika berjalan bersama<br /> rombongan, beliau tampak menonjol. Wajahnya putih, kepalanyabesar, alis matanya<br /> panjang dan hitam, danjika ada keringat yang menetes dari wajah beliau, akan tampak<br /> seperti mutiara. Aku tidak pernah melihat wajah seindah wajah beliau, sebelumnya atau<br /> setelahnya.”<br /> Deskripsi tentang Rasulullah saw. yang diberikan oleh Hindun bin Abi Halah,<br /> “Tubuh Rasulullah saw. menampakkan pribadiyang agung. Wajahnya bersinar seperti<br /> bulan purnama. Kepalanya besar. Rambutnya keras. Kuliatnya putih ke-merahan.<br /> Keningnya luas. Alisnya tebal.Jika marah, keningnya meneteskan keringat. Hidungnya<br /> mancung. Tubuhnya diliputi cahaya. Orangyang tidak memperhatikan dengan saksama<br /> menyangkanya amat tinggi.Jenggotnya tebal. Matanya hitam. Kedua pipinya tirus.<br /> Mulutnya lebar. Giginya indah. Memiliki bulu halus di atas perut. Lehernya amat halus.<br /> Tubuhnya sedang. Sedikit gemuk dan tegap, dengan perut dan dada yang seimbang.<br /> Dadanya bidang. Kedua pergelangan tangannya panjang. Telapak tangannya luas.<br /> Kedua kaki dan tangannya kekar. Jari-jarinya panjang. Jalannya tegap, seperti sedang<br /> turun dari ketinggian. Jika menoleh, dengan seluruh tubuhnya. Pandangannya selalu<br /> tertunduk he tanah, danjarang sekali mendongakkan matanya he langit....”<br /> Jika Rasulullah menyentuh seseorang, orang itu akan merasakan ketenangan yang<br /> mengagumkan, dan perasaan ketinggian ruhani yang menakjubkan. Ahmad<br /> meriwayatkan bahwa Sa’d bin Abi Waqqash berkata,<br /> Ar Rasul karya Said Hawwa<br /> Collected at : www.rezaervani.com<br /> Komunitas : http://groups.yahoo.com/group/rezaervani<br /> 3<br /> “Suatu ketika akujatuh sakit di Mekah. Kemudian Rasulullah saw. menjenguk,<br /> meietakkan tangan beliau di kening, dan mengusap wajah, dada, sertaperutku. Hingga<br /> saat ini, aku masih merasakan sentuhan tangan beliau dijantung.”<br /> Muslim meriwayatkan bahwa Jabir bin Samurah berkata,<br /> “Suatu ketika Rasulullah saw. mengusap mukaku dengan tangannya. Aku dapati tangan<br /> beliau demikian sejuknya dan berbau wangi. Seakan-akan tangan tersebut baru<br /> dikeluarkan dari kantong kesturi.”<br /> Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Anas r.a. berkata,<br /> “Aku belum pernah menemui sutra maupun beludru yang lebih lembut dari tangan<br /> Rasulullah saw. Dan, belum pernah mencium bau misik atau minyak anbar yang lebih<br /> harum dari Rasulullah saw..”<br /> Penampilan beliau memberikan sugesti kepada orang yang melihatnya bahwa orang<br /> tersebut sedang berdiri di hadapan seorang nabi. At-Tirmidzi meriwayatkan bahwa<br /> Abdullah bin Salam berkata,<br /> “Ketika Nabi saw. datang ke Madinah, aku menemui beliau. Ketika aku melihat wajah<br /> beliau, aku segera mengetahui bahwa wajah beliau bukan wajah seorang pendusta.”<br /> Abu Ramtsah Tamimi berkata,<br /> “Aku mendatangi Nabi saw. bersama anakku. Ketika aku melihat beliau, hatiku langsung<br /> berkata, ‘Orang ini pastilah nabi Allah.’”<br /> Abdullah bin Rawahah berkata tentang Rasulullah saw,<br /> “Seandainya tidak ada ayat-ayat penjelas pun, yang menerangkan beliau sebagai rasul,<br /> niscaya penampilan dan tubuh beliau sudah cukup menjadi keterangan itu.”<br /> Ini adalah sebagian riwayatyang menjelaskan tentang tubuh Rasulullah saw.. Semua<br /> keagungan postur tubuh beliau itu kami ceritakan kembali, sehingga kita dapat<br /> menangkap dengan jelas kepribadian Rasulullah saw. dari segala seginya.<br /> B. SIFAT-SIFAT ASASI RASULULLAH<br /> Setiap rasul Allah wajib memiliki empat sifat asasi berikut ini, sehingga pantas untuk<br /> mengemban risalah Dahi.<br /> 1. Ash-Shidqul Muthlaq atau kejujuran secara mutlak yang tidak rusak dalam segala<br /> kondisi. Sekiranya setiap perkataannya diuji, pastilah sesuai dengan kenyataan;<br /> baik ketika ia berjanji, serius, bercanda, memberi kabar, maupun ketika bernubuat<br /> Apabila sifat ini rusak sedikit saja, maka risalah yang ia bawa pun secara otomatis<br /> rusak pula karena manusia tidak percaya dengan rasul yang tidak jujur. Seorang<br /> rasul yang jujur, tidak sedikit pun dari perkataannya yang mengandung kebatilan,<br /> dalam kondisi dan situasi apa pun.<br /> Ar Rasul karya Said Hawwa<br /> Collected at : www.rezaervani.com<br /> Komunitas : http://groups.yahoo.com/group/rezaervani<br /> 4<br /> 2. Al-Iltizamul Kamil atau komitmen dan sifat amanah yang sempurna dengan apa<br /> yang ia serukan, sebagai wakil dari Allah. Tugas rasul adalah menyam-paikan<br /> kepada manusia risalah yang dibebankan oleh Allah kepada mereka Apabila<br /> seorang rasul sendiri tidak menegakkan kandungan risalah itu, maka hal itu<br /> menunjukkan bahwa ia tidak berinteraksi dengan isi risalah tersebut, dan itu<br /> menjadi bukti kedustaannya dalam menyampaikan risalah. Seorang rasul yang<br /> mempunyai hubungan langsung dengan Allah, pastilah amat mengerti tentang<br /> keagungan Allah, dan tidak mungkin melanggar perintah Allah. Tindakan<br /> melanggar perintah Allah adalah suatu pengkhianatan ke-pada-Nya, dan orangorang<br /> yang tidak amanah tentunya tidak pantas mengemban risalah.<br /> 3. At-Tablighul Kamil atau penyampaian kandungan risalah secara sempurna dan<br /> kontinu, disertai rasa tidak peduli pada kebencian, siksaan, kejahatan, tipu daya,<br /> konspirasi, atau sikap kasar manusia yang menghalangi dakwah-nya. Juga,<br /> istiqamah dalam mengerjakan perintah Allah dan tidak menye-leweng darinya,<br /> meskipun menghadapi bujukan apa pun. Tanpa tablig (penyampaian) , niscaya<br /> risalah Hahi tidak akan muncul. Tanpa kontinuitas serta kesabaran dalam<br /> bertablig, niscaya risalah tersebut tidak akan bertahan keberadaannya Adapun<br /> tunduk pada tekanan manusia atau bujukan mereka saat menyampaikan risalah<br /> itu, menjadi bukti kebohongan klaim penyampaian risalah dari Allah. Tidak ada<br /> yang menyampaikan risalah Allah kecuali orang yang cintanya pada Allah<br /> mengalahkan segalanya Hanya Allahlah yang agung di sisinya, dan hanya ridha-<br /> Nya yang menjadi tujuannya.<br /> 4. Al-AqlulAzhim atau intelegensi yang cemeriang. Manusia tidak tunduk dan<br /> mengikuti orang lain kecuali jika orang tersebut lebih cerdas darinya, agarmereka<br /> merasa tenang bahwa ia tidak membawa mereka pada jalan yang salah. Tanpa<br /> intelegensia yang cemerlang, pengemban risalah juga tidak akan mampu<br /> meyakinkan orang lain akan kebenaran yang ia bawa, khusus-nya bagi orangorang<br /> yang memiliki wawasan luas dan intelektualitas yang tinggi. Ia juga tidak<br /> akan mampu menghadapi serangan orang-orang yang memusuhi ajarannya, yang<br /> menolak dakwahnya, dan yang menyimpang dari jalan kebenaran. Oleh karena<br /> itu, seorang rasul seharusnya adalah seorang yang paling cerdik, paling cerdas,<br /> paling berakal, paling bijak, dan paling sem-purna pengetahuannya dibandingkan<br /> manusia yang lain, sehingga keberada-an dirinya sendiri bisa menjadi bukti<br /> kebenaran risalah yang ia sampaikan.<br /> Apabila keempat sifat ini berkumpul dalam diri seorang manusia yang mengklaim dirinya<br /> seorang rasul Allah, disertai tanda-tanda kerasulan lainnya, tanpa ada hal yang mencegah<br /> klaimnya, maka hal itu dapat menjadi bukti dan dalil kebenaran pengakuannya. Ketika<br /> tidak ada alasan untuk mendustakan kejujuran seseorang yang terkenal jujur, tidak ada<br /> penjelasan bagi komitmennya yang kuat, kecuali ketundukannya kepada Allah swt.<br /> Bertahannya sang penyampai risalah dalam bertablig, meskipun banyak faktor yang<br /> mendorongnya untuk mundur, yang membuktikan keikhlasannya pada dakwah yang ia<br /> bawa, dan pada Tuhan yang ia junjung risalah-Nya, serta adanya dakwah yang disertai<br /> Ar Rasul karya Said Hawwa<br /> Collected at : www.rezaervani.com<br /> Komunitas : http://groups.yahoo.com/group/rezaervani<br /> 5<br /> hujjah yang sempurna berikut pembawa dakwah yang mampu memberikan bukti<br /> kebenaran dakwah tersebut dalam segala seginya, menjadi bukti kebenaran dakwah dan<br /> risalah tersebut<br /> Dalam subbab ini kita akan mendapati bahwa Rasulullah saw. adalah teladan yang utama<br /> dalam semua sifat-sifat ini. Anda tidak dapat mempelajari satu sifat dalam diri beliau<br /> kecuali mengakui bahwa pemiliknya adalah benar-benar seorang rasul Allah. Kita akan<br /> mempelajari sifat-sifat ini sesuai dengan urutan yang telah tersebut<br /> 1. Kejujuran Rasulullah<br /> Metode kami dalam menampilkan sifat ini adalah dengan mendatangkan kesaksiankesaksian<br /> atas kejujuran Rasulullah saw.. Kesaksian ini sebagai berikut<br /> a. Kesaksian musuh-musuh Rasulullah.<br /> b. Kesaksian para pengikut Rasulullah.<br /> c. Kesaksian realitas yang mencakup empat hal: pemberian kabar, berjanji dan<br /> membuat perjanjian, canda, serta dalam nubuat<br /> a. Kesaksian Musuh-Musuh Rasulullah<br /> Kesaksian musuh-musuh beliau mempunyai nilai yang besar. Hal itu menunjukkan<br /> pada puncak kepercayaan masyarakat terhadap pribadi Rasulullah saw.<br /> Hanya saja, sebagian manusia dikuasai kebodohan dan keangkuhannya, sehingga<br /> mereka mengingkari hal itu’tanpa alasan yang jelas. Nash-nash di bawah ini<br /> meyakinkan Anda apa yang kami sampaikan.<br /> Al-Baihaqi meriwayatkan bahwa Mughirah bin Syu’bah berkata, “Hari pertama<br /> aku mengenal Rasulullah saw. adalah tatkala aku dan Abu Jahal berjalan-jalan di<br /> sebuah lorong Mekah, tiba-tiba kami bertemu Rasulullah saw. Selanjutriya,beliau<br /> menyeru Abu Jahal, ‘Wahai Abu Hakam, marilahberiman kepada Allah dan rasul-<br /> Nya. Aku mengajakmu kepada Allah.’ Abu Jahal menjawab, ‘Hai Muhammad,<br /> tidakkah kamu berhenti mencela tuhan-tuhan kami? Tidakkah yang kamu<br /> inginkan adalah agar kami bersaksi bahwa kamu telah menyampaikan risalah?<br /> Baiklah kami bersaksi bahwa kamu telah menyampaikan. Demi Allah, seandainya<br /> aku tahu apa yang kamu sampaikan itu benar, tentu aku mengikuti kamu.’<br /> Rasulullah saw lantas berlalu, sementara Abu Jahal menghadap padaku, sambil<br /> berkata, ‘Demi Allah, sebenarnya aku tahu apa yang ia katakan adalah benar, tapi<br /> ada sesuatu yang mencegahku, yaitu bani Qushayy pernah mengatakan, ‘Pada<br /> kami kekuasaan menjaga ka bah (hijabah)’ Kami menjawab, Ya.’ Lalu mereka<br /> berkata, ‘Pada kami kekuasaan memberi minum haji (siqayah).’ Kami menjawab,<br /> Ya.’ Lalu mereka berkata, Pada kami kekuasaan memimpin rapat (nadwah).’<br /> Kami menjawab, Ya.’ Kemudian mereka berkata, ‘Pada kami kekuasaan<br /> memimpin perang Qiwav).’ Kami menjawab, Ya.’ Setelah itu, mereka memberi<br /> makan kendaraan mereka dan kami memberi makan kendaraan kami, hingga<br /> tatakala kendaraan siap dan berdekatan mereka mengatakan, ‘Dari kami seorang<br /> nabi.’ Maka, demi Allah, aku tidak menjawabnya.’” Ibnu Abi Syaibah juga<br /> Ar Rasul karya Said Hawwa<br /> Collected at : www.rezaervani.com<br /> Komunitas : http://groups.yahoo.com/group/rezaervani<br /> 6<br /> mengeluarkan riwayat semisal ini. At-Tirmidzi meriwayatkan dari Ali r.a., “Abu<br /> Jahal berkata pada Nabi saw, ‘Kami tidak mendustakanmu, tetapi mendustakan<br /> apa yang kamu bawa.’” Allah swt berfirman,<br /> “... mereka sebenarnya bukanlah mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang<br /> yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allahlah.” (al-An’aam: 33)<br /> Ibnu Asakir meriwayatkan bahwa Mu’awiyyah r.a. bercerita, “Abu Sufyan keluar<br /> menuju tanah lapang miliknya, mengiringi Hindun. Aku ikut keluar berjalan di<br /> depan mereka. Saat itu aku masih seorang bocah dan aku menunggang keledaiku.<br /> Tiba-tiba kami mendengar kehadiran Rasulullah saw. Maka Abu Sufyan berkata,<br /> Turunlah, hai Mu’awiyah supaya Muhammad menaiki kendaraanmu!’ Aku<br /> langsung turun dari keledaiku dan Rasulullah saw. menaikinya, beliau berjalan di<br /> depan kami sebentar menoleh kepada kami dan bersabda, Wahai Abu Sufyan bin<br /> Harb dan Hindun binti Utbah! Demi Allah, sungguh kalian pasti mati, kemudian<br /> pasti dibangkitkan, lalu yang berbuat kebajikan pasti masuk surga dan yang<br /> berbuat keburukan pasti masuk neraka. Aku berkata pada kalian dengan benar,<br /> dan kalian sungguh orang yang pertama aku beri peringatan.’ Kemudian<br /> Rasulullah saw membaca,<br /> ‘Haa Miim. Diturunkan dari Tuhan yang Maka Pemurah lagi Maka Penyayang...’<br /> hingga ‘... keduanya menjawab, ‘Kami datang dengan suka hati.’<br /> (Fushshilat: 1-11)<br /> Abu Sufyan lalu berkata kepada beliau, ‘Apakah engkau sudah selesai, wahai<br /> Muhammad?’ Beliau menjawab, Ya.’ Rasulullah saw. turun dari keledai lantas<br /> aku menaikinya. Lalu Hindun menghadap Abu Sufyan seraya berkata, ‘Apakah<br /> untuk tukang sihir ini kau turunkan anakku?’ Tidak, demi Allah ia bukan tukang<br /> sihir dan bukan pembohong,’ jawab Abu Sufyan.’” Hadits ini dikeluarkan juga<br /> oleh Thabrani.<br /> Imam Bukhari dan Muslim juga menceritakan kisah Abu Sufyan di hadapan<br /> Heraklius-sebagaimana diceritakan Abu Sufyan sendiri pada Ibnu Abbas. Di<br /> antaranya adalah pertanyaan Heraklius pada Abu Sufyan, “Heraklius bertanya,<br /> ‘Apakah kalian menuduhnya berbuat dusta sebelum ia mendakwahkan<br /> ajarannya?’ Aku jawab, Tidak.’” Di akhir kisah itu, Heraklius berkata pada Abu<br /> Sufyan, “Aku tanyakan pada kalian apakah kalian menuduhnya berdusta sebelum<br /> ia mendakwahkan ajarannya, kalian jawab tidak. Maka aku segera tahu bahwa ia<br /> tidak mungkin meninggalkan dusta pada manusia untuk kemudian berdusta pada<br /> Allah swt.”<br /> Imam Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra., ia<br /> mengatakan, “Ketika turun firman,<br /> ‘Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.’<br /> Ar Rasul karya Said Hawwa<br /> Collected at : www.rezaervani.com<br /> Komunitas : http://groups.yahoo.com/group/rezaervani<br /> 7<br /> (asy-Syu’araa : 214)<br /> Rasulullah saw. langsung naik ke bukit Shafa dan memanggil-manggil, Wahai<br /> bani Fahr, wahai bani Adi,’ kepada pemuka-pemuka Quraisy hingga mereka<br /> berkumpul dan beliau bersabda, ‘Jawablah, seandainya aku beri kabar bahwa ada<br /> pasukan kuda di balik lembah itu ingin menyerang kalian, apakah kalian percaya<br /> pada ucapanku?’ Mereka menjawab, Ya, kami tidak pernah menjumpaimu<br /> berdusta. Hanya kejujuran dan kebenaran perkataanmu yang selama ini kami<br /> tahu.’ Beliau melanjutkan, ‘Sesungguhnya aku pemberi peringatan pada kalian, di<br /> antara kedua tanganku terdapat siksa yang pedih.’ Abu Lahab langsung<br /> menimpali, ‘Celaka kau, hai Muhammad! Apakah untuk ini kau kumpulkan<br /> kami.’ Maka turunlah ayat,<br /> ‘Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya ia akan binasa.’<br /> (al-Lahab: 1)<br /> Dari nash-nash ini jelaslah bagi Anda bahwa kepercayaan pada kejujuran<br /> Muhammad saw. nyata adanya, dan tidak ada keraguan dalam masalah ini sama<br /> sekali. Inilah yang menjelaskan kita pada hal-hal berikut<br /> 1. Adanya orang-orang yang sebelumnya memerangi beliau, kemudian percaya dan<br /> beriman kepada beliau, satu per satu, taat tanpa paksaan, seperti Khalid ibnul<br /> Walid, Amru ibnul Ash, dan Umar ibnul Khaththab. Hal itu tak lain karena<br /> mereka tidak ragu bahwa Muhammad saw. adalah orangyang jujur dan benar<br /> (skadiq), hanya saja mereka dikejutkan oleh sesuatu yang belum pernah mereka<br /> dengar, juga bapak-bapak mereka, sehingga mereka mengingkarinya. Ketika<br /> keterkejutan itu hilang dan mereka memakai akal pikirannyayang jernih,<br /> bertemulah kebenaran pikiran dengan kepercayaan dasar pada pribadi Muhammad<br /> saw., dan lahirlah keimanan.<br /> 2. Tampaknya keikhlasan kepada beliau, dalam diri orang-orang yang sebelumnya<br /> kafir dan kemudian beriman. Di antara mereka ada yang baru beriman pada masamasa<br /> akhir kehidupan Rasulullah, setelah mereka tertakluk-kan oleh pasukan<br /> Islam, seperti orang-orang Quraisy lainnya. Mereka akhir-nya menyerah pada<br /> Islam, setelah sebelumnya ada perasaan membangkang, dengki, ragu, dan<br /> syahwatyang mencegah mereka untuk itu. Ketika mereka masuk Islam karena<br /> tunduk pada kenyataan, mereka ikhlas dan setia pada Rasulullah saw. dengan<br /> keikhlasan yang sempurna. Mereka pun berjuang mati-matian di jalan Islam<br /> setelah penutup kebenaran hilang dari mata mereka. Setelah itu, tampaklah di<br /> mata dan hati mereka bahwa Muhammad saw. adalah saudara dan putra yang<br /> mulia. Pengetahuan dan kepercayaan mereka pada pribadi beliau adalah dasar<br /> pertama yang membuat mereka ikhlas menempuh jalan baru mereka (yaitu Islam),<br /> yang mereka lalui dengan kebahagiaan.<br /> Ar Rasul karya Said Hawwa<br /> Collected at : www.rezaervani.com<br /> Komunitas : http://groups.yahoo.com/group/rezaervani<br /> 8<br /> Inilah kesaksian musuh-musuh Rasulullah saw. Sebagian mereka masuk Islam setelah<br /> mengadakan permusuhan sengit, dan sebagian lagi mati dalam kekafirannya. Akan tetapi,<br /> dalam permusuhan paling sengit sekalipun, semua mengakui dan meyakini bahwa<br /> Muhammad saw adalah orang yang jujur.<br /> b. Kesaksian Para Pengikut Rasulullah<br /> Kami paparkan kesaksian para sahabat dan pengikut Rasulullah saw. sebagai<br /> berikut :<br /> Rasulullah saw. senantiasa bergaul dan hidup bersama para sahabatnya dalam<br /> segala hal; makan, minum, bepergian, shalat, dan dalam pertemuan-per-temuan<br /> (majelis). Beliau menyukai kesederhanaan dan keterusterangan, serta membenci<br /> sesuatu yang dibuat-buat dan dipaksa-paksakan (takallufi. Sebagian sahabat<br /> menemani beliau sebelum dan setelah kenabian selama puluhan tahun.<br /> Para sahabat bukanlah orang-orang yang bodoh dan terbelakang serta terasing dari<br /> perkembangan dunia. Bahkan, sebagian mereka berasal dari Mekah, yang menjadi<br /> tujuan bangsa Arab untuk berhaji setiap tahun, dan seluruh Jazirah Arab tunduk<br /> kepada penduduknya karena keutamaan dan kepemimpinannya, mereka biasa<br /> bepergian untuk melakukan hubungan dagang dengan Yaman dan Syam yang<br /> merupakan pusat peradaban saat itu. Sebagian lagi berasal dari Madinah, di mana<br /> terjadi kontak pemikiran dengan bangsa Yahudi yang menye-babkan mereka<br /> berwawasan luas dan terbuka hatinya.<br /> Para sahabat juga telah membuktikan, di masa hidup Rasulullah saw. dan setelah<br /> wafatnya, mereka adalah manusia paling cemerlang akal pikirannya, paling kaya<br /> taktik dan pengalamannya, serta paling banyak mengetahui tokoh, suku, dan<br /> politik bangsa-bangsa di dunia saatitu. Dengan bukti, meski dengan keterbatasan<br /> sarana, mereka berhasil membuka sebagian besar negara-negara berperadaban<br /> waktu itu. Mereka juga berhasil mengaturnya, mendapatkan kecintaan dari penduduknya,<br /> serta menggabungkannya ke dalam rengkuhan umat Islam.<br /> Jika dua sisi ini bertemu, yakni pergaulan yang intens dan kecerdasan orang yang<br /> digauli, maka kedustaan tidak mungkin disembunyikan dan akan terbuka serta<br /> kejujuran akan tampak terang.<br /> Ada fenomena yang jelas dalam kehidupan para sahabat, yaitu semakin<br /> bertambah intensitas pergaulan mereka dengan Rasulullah saw., maka semakin<br /> kuatlah keimanan mereka pada beliau. Bahkan, orang yang paling banyak bergaul<br /> dengan Rasulullah saw. yang paling tinggi keimanan dan ketaatannya pada beliau.<br /> Keimanan ini sampai pada satu tingkatan bahwa mati untuk apa yang diinginkan<br /> Rasulullah saw. lebih mereka cintai daripada hidup. Menginfakkan harta lebih<br /> mereka sukai daripada menyimpannya Taat lebih mereka cintai daripada maksiat<br /> Agama Rasulullah saw. lebih mereka cintai daripada harta, anak, tempat tinggal,<br /> istri, dan tanah air. Ini semua adalah bagian dari fenomena adanya rasa percaya<br /> Ar Rasul karya Said Hawwa<br /> Collected at : www.rezaervani.com<br /> Komunitas : http://groups.yahoo.com/group/rezaervani<br /> 9<br /> dan keimanan yang sempurna pada beliau, kalaulah tidak ada rasa percaya tentu<br /> ini semua tidak akan ada Sampai-sampai, di antara mereka ada seorang anak ingin<br /> membunuh ayahnya yang kafir dan seorang ayah ingin membunuh anaknya yang<br /> kafir. Untuk apa ini semua mereka lakukan? Kalaulah bukan karena puncak<br /> keimanan dan kepercayaan mereka pada Rasulullah saw.<br /> Berikut ini adalah contoh-contoh yang pada hakikatnya merupakan dampak<br /> positif dari kepercayaan dan keimanan yang sempurna, sekaligus merupakan bukti<br /> nyata atas keimanan itu. Dalam setiap contoh terdapat kesaksian dari pemiliknya,<br /> setelah ia membuktikan sendiri bahwa Rasulullah saw. adalah orang yang jujur<br /> tak diragukan lagi.<br /> 1. Al-Hafizh Abu Hasan ath-Thayalisi meriwayatkan bahwa Aisyah r.a. berkata,<br /> “Ketika para sahabat Nabi saw. berkumpul-mereka berjumlah 38 orang- Abu<br /> Bakar mendesak Rasulullah saw. untuk berdakwah secara terang-terangan.<br /> Rasulullah saw. berkata, Wahai Abu Bakar, jumlah kita masih sedikit’Tetapi Abu<br /> Bakar terus mendesak hingga akhirnya Rasulullah saw. berdakwah terangterangan.<br /> Kaum muslimin ikut berdakwah dan berpencar dalam sisi-sisi masjid.<br /> Setiap orang bersama kelompoknya. Abu Bakar berdiri menyam-paikan khotbah,<br /> sedangkan Rasulullah saw duduk. Jadi, Abu Bakar adalah khatib pertama yang<br /> mengajak beriman kepada Allah dan rasul-Nya.<br /> Kaum musyrikin segera bereaksi. Mereka marah kepada Abu Bakar dan orangorang<br /> Islam. Mereka memukuli orang-orang Islam di semua sisi masjid dengan<br /> keras, menginjak-injak Abu Bakar dan menganiayanya dengan sadis. Si Fasik<br /> Utbah bin Rabi’ah mendekati Abu Bakar dan me-mukulnya dengan dua sandalnya<br /> yang kasar serta menamparkannya pada muka Abu Bakar. Ia melompat di perut<br /> dan tubuh Abu Bakar sampai tidak bisa dikenali lagi bentuk mukanya.<br /> Sejurus kemudian, datanglah bani Taim menyerang kaum musyrikin dan<br /> melepaskan Abu Bakar. Bani Taim menggotong Abu Bakar dalam kain dan<br /> membawanya ke dalam rumahnya. Mereka tidak meragukan lagi kematian-nya.<br /> Lalu, bani Taim kembali masuk ke masjid dan berkata, ‘Demi Allah, jika Abu<br /> Bakar mati maka akan kami bunuh Utbah bin Rabiah!’ Lalu, mereka kembali ke<br /> rumah Abu Bakar. Abu Quhafah dan bani Taim mengajak bicara Abu Bakar<br /> sampai ia bisa menjawab, akhirnya ia bisa berbicara pada petang hari dan berkata,<br /> ‘Apa yang terjadi pada Rasulullah?’ Mereka langsung men-cela Abu Bakar<br /> dengan perkataan serta menghinanya, lalu mereka berdiri dan berkata pada Ummu<br /> Khair, ‘Iihatlah, dan beri ia makan atau minum.’ Ketika Ummu Khair hanya<br /> berdua dengan Abu Bakar, ia memaksanya untuk berbicara dan berkatalah Abu<br /> Bakar, ‘Apa yang terjadi pada Rasulullah?’ Ummu Khair menjawab, ‘Demi<br /> Allah, aku tidak tahu apa yang terjadi dengan sahabatmu.’ Dia berkata, ‘Pergilah<br /> ke Ummu Jamil binti Khathab dan tanya-kan padanya tentang beliau.’ Segera<br /> Ummu Khair pergi menjumpai Ummu Jamil, dan mengatakan, ‘Abu Bakar<br /> menanyakan padamu tentang Muhammad bin Abdillah.’ Ummu Jamil menjawab,<br /> Ar Rasul karya Said Hawwa<br /> Collected at : www.rezaervani.com<br /> Komunitas : http://groups.yahoo.com/group/rezaervani<br /> 10<br /> ‘Aku tidak tahu Abu Bakar juga Muhammad bin Abdillah, bolehkah aku ikut<br /> denganmu menemui anakmu?’ Ya,’ jawabnya.<br /> Berjalanlah Ummu Jamil bersama Ummu Khair menjumpai Abu Bakar yang sakit<br /> parah. Ummi Jamil mendekatinya, dan berkata dengan suara keras, ‘Demi Allah,<br /> sungguh, orang-orang yang memperlakukanmu seperti ini adalah benar-benar<br /> fasik dan kufur, aku mengharap dari Allah agar membalaskan untukmu perbuatan<br /> mereka.’ Abu Bakar bertanya, ‘Apa yang terjadi pada Rasulullah?’ Ummu Jamil<br /> berkata, ‘Ini ada ibumu, ia mendengar.’ Abu Bakar menjawab, ‘la tidak berbahaya<br /> bagimu.’ Ummu Jamil lalu mengabarkan, ‘Rasulullah sehat dan baik.’ Di mana<br /> beliau?’ tanya Abu Bakar. ‘Di rumah Ibnu Arqam,’ jawab Ummu Jamil. Abu<br /> Bakar lalu berkata, ‘Aku bersumpah untuk Allah, aku tidak makan dan minum<br /> kalau tidak menemui Rasulullah.’ Keduanya menahan Abu Bakar, sampai<br /> keadaan sepi dan manusia tenang, mereka memapahnya keluar hingga<br /> memasukkannya menemui Rasulullah saw..<br /> Aisyah r.a. berkata, ‘Rasulullah langsung merangkulnya dan menciumnya, hal itu<br /> diikuti kaum muslimin. Rasulullah sangatterharu padanya.’ Abu Bakar berkata,<br /> ‘Demi bapak dan ibuku, wahai Rasulullah, aku tidak tertimpa apa-apa kecuali apa<br /> yang ditimpakan orang fasik itu pada mukaku. Ini ibuku sangat baik pada<br /> putranya, dan engkau adalah orang yang diberkahi maka ajaklah ia beriman<br /> kepada Allah dan doakanlah pada Allah untuknya, semoga dengan doamu Allah<br /> menyelamatkan dia dari neraka.’ Kemudian Rasulullah saw. mengajaknya<br /> beriman kepada Allah dan ia pun masuk Islam.”<br /> 2. Ibnu Ishaq meriwayatkan bahwa Ibnu Umar r.a. berkata, “Ketika Umar r.a. masuk<br /> Islam, ia mengatakan, ‘Siapakah orang Quraisy yang paling masyhur menukil<br /> perkataan?’ Dikatakan kepadanya, ‘Jamilbin Mamar al-Jahmi.’ Maka ia pergi<br /> menemui Jamil. Abdullah bin Umar berkata, ‘Aku juga pergi mengikuti jejaknya<br /> dan ingin melihat apa yang ia perbuat—saat itu aku anak lelaki yang sudah<br /> memahami segala yang aku lihat—hingga ia sampai menemui Jamil, lalu Umar<br /> berkata padanya, ‘Apakah kautahu wahai Jamil bahwa aku telah Islam dan masuk<br /> agama Muhammad saw.?’ Abdullah berkata, ‘Demi Allah, Jamil tidak<br /> menjawabnya, segera ia berdiri mengulurkan serbannya dan beranjak pergi diikuti<br /> Umar, aku pun mengikuti mereka.’ Ketika sampai di pintu masjid, Jamil berteriak<br /> sekeras-kerasnya, Wahai segenap Quraisy-saatitu merekasedangberkumpul di<br /> sekitar Ka’bah-, ketahuilah, Ibnul Khaththab telah murtad!’ Umar langsung<br /> menyahut, ‘la bohong, aku tidak murtad, tetapi aku telah masuk Islam dan aku<br /> bersaksi tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah.’ Mereka langsung<br /> bangkit menyerangnya dan terus menyerangnya. Hingga ketika matahari tegak di<br /> atas kepala mereka, Umar berkata, ‘Aduh, tak kuat lagi.’ Lalu ia duduk dan<br /> mereka berdiri di atas kepalanya. Umar menantang mereka, ‘Lakukan apa yang<br /> kalian kehendaki, aku bersumpah jika kami ada tiga ratus orang, maka sungguh,<br /> (yang akan terjadi adalah adakalanya) kami yang kalah dan kami tinggalkan<br /> Ar Rasul karya Said Hawwa<br /> Collected at : www.rezaervani.com<br /> Komunitas : http://groups.yahoo.com/group/rezaervani<br /> 11<br /> Ka’bah untuk kalian atau kalian yang kalah dan meninggalkan Ka’bah untuk<br /> kami.’<br /> Abdullah berkata, Tatkala mereka dalam keadaan seperti itu, datanglah seorang<br /> lelaki tua dari Quraisy memakai jubah hitam dan pakaian berbordir, ia berhenti di<br /> depan mereka dan bertanya, ‘Ada apa dengan kalian ini?’ Mereka menjawab,<br /> ‘Umar berpindah agama.’ Ia berkata, ‘Lepaskan ia, apa yang kalian inginkan dari<br /> orang yang memilih suatu perkara untuk dirinya sendiri? Apakah kalian kira bani<br /> Adiy akan menyerahkan saudaranya pada kalian seperti ini? Tinggalkan saja<br /> orang itu.’ Abdullah berkata, ‘Demi Allah, mereka langsung melepaskan Umar<br /> seperti pakaian yang terlepas dari Umar.’ Ia berkata, ‘Aku berkata pada ayahkusetelah<br /> hijrah ke Madinah-’Wahai ayah! Siapakah yang menghardik orang-orang<br /> kafir dan membebas-kanmu saat engkau masuk Islam dan mereka<br /> menyerangmu?’ Beliau menjawab, ‘Itu, wahai anakku, Ash bin Wail Sahmiy.’”<br /> Riwayat ini isnadnya baik dan kuat-demikian dalam kitab al-Bidayah.<br /> 3. Bukhari meriwayatkan dalam kitab at-Tarikh bahwa Mas’ud bin Khurasy r.a<br /> berkata, Tatkala kami berputar antara Shafa dan Marwa, tiba-tiba ada orang<br /> ramai-ramai mengikuti seorang pemuda yang tangannya diikat pada lehernya.<br /> Aku bertanya, ‘Ada apa dengannya?’ Mereka menjawab, ‘Itu adalah Thalhah bin<br /> Ubaidillah, ia telah murtad.’ Seorang wanita di belakangnya marah-marah dan<br /> memaki-makinya. Aku bertanya, ‘Siapakah ia?’ Mereka menjawab, ‘Shu’bah<br /> binti Hadhrami, ibunya.’<br /> 4. Baihaqi, Ibnu Sa’id, Hants, Ibnu Mundzir, Ibnu Asakir, dan Ibnu Abil Hatim<br /> meriwayatkan bahwa Sa’ad bin Musayyab r.a. berkata, “Saat Shuhaib r.a. hijrah<br /> menghadap Nabi saw., ia diikuti segerombolan musyrik Quraisy, segera ia turun<br /> dari kudanya dan memasang busurnya lantas berkata, ‘Kalian telah tahu, hai<br /> orang-orang Quraisy, aku adalah orang yang paling jitu memakai panah. Demi<br /> Allah, kalian tidak akan sampai menyentuhku, sebab akan aku bidik kalian<br /> dengan seluruh anak panah dalam busurku, lalu akan aku tebas kalian dengan<br /> pedangku selama ia ada dalam genggamanku. Setelah itu terserah kalian, jika<br /> kalian mau aku tunjukkan untuk kalian hartaku di Mekah dan biarkanlah aku<br /> berjalan.’ Mereka menjawab, Ya.’ Mereka berjanji untuk itu. Shuhaib pun<br /> menunjukkan hartanya pada mereka. Ketika itu Allah menurunkan pada Rasul-<br /> Nya ayat Al-Qur an,<br /> ‘Dan di antara manusia ada yang mengorbankan dirinya karena mencari<br /> keridhaan Allah.’ (al-Baqarah: 207) sampai akhir ayat Ketika Nabi saw. bertemu<br /> Shuhaib, beliau bersabda, ‘Perniagaanmu telah untung wahai Abu Yahya,<br /> perniagaanmu telah untung wahai Abu Yahya!’ Dan, beliau membacakan padanya<br /> ayat Al-Qur an itu.”<br /> 5. Hakim meriwayatkan dari Sulaiman bin Bilal r.a., “Ketika Rasulullah berangkat<br /> menuju Badar, Sa’ad bin Khaitsimah dan ayahnya ingin berangkat bersama<br /> Ar Rasul karya Said Hawwa<br /> Collected at : www.rezaervani.com<br /> Komunitas : http://groups.yahoo.com/group/rezaervani<br /> 12<br /> beliau. Hal itu disampaikan pada Nabi saw., namun beliau meme-rintahkan agar<br /> yang ikut berperang salah satunya saja. Mengetahui hal itu, keduanya menjadi<br /> bingung. Khutsaimah bin Harits lalu berkata pada anak-nya yaitu Sa’ad, ‘Salah<br /> seorang di antara kita harus ada yang tinggal, maka tinggallah kau bersama<br /> istrimu.’ Sa’ad menjawab, ‘Seandainya selain surga tentu aku mengalah dan<br /> memberikannya padamu, aku mengharap mati syahid sebentar lagi.’ Akhirnya<br /> mereka berdua mengundi dengan anak panah, dan keluarlah anak panah Sa’ad.<br /> Maka keluarlah Sa’ad bersama Rasulullah saw. menuju Badar. Ia syahid dibunuh<br /> Amru bin Abdu Wudd.’” Hadits ini dikeluarkan juga oleh Ibnu Mubarak dari<br /> Sulaiman dan Musa bin Uqbah dari Zuhri, sebagaimana tertera dalam kitab al-<br /> Ishabah.<br /> 6. Thabrani meriwayatkan dari Ibnu Umar r.a., “Saat Perang Uhud, Umar ibnul<br /> Khaththab r.a. berkata pada saudaranya, ‘Pakailahlah baju besiku, wahai<br /> Saudaraku!’ Saudaranya menjawab, ‘Aku ingin mati syahid sebagaimana engkau<br /> menginginkannya.’ Keduanya meninggalkan baju besi itu.” Haitsami berkata<br /> bahwa rijalnya sahih.<br /> 7. Ibnu Ishaq meriwayatkan bahwa Qasim bin Abdurrahman bin Rafi’ saudara bani<br /> Adi bin Najjar berkata, “Anas bin Nadhar-paman Anas bin Malik-(di tengah<br /> berkecamuknya Perang Uhud) bertemu Umar ibnul Khaththab dan Thalhah bin<br /> Ubaidillah yang berada di tengah orang-orang Muhajirin dan Anshar radhiyallahu<br /> ‘annum yang saat itu telah membuang senjata yang ada di tangan mereka. Ia<br /> bertanya, ‘Apa yang membuat kalian duduk?’ Mereka menjawab, ‘RasuluUah<br /> telah terbunuh.’ Ia berkata, ‘Apa yang kalian perbuat dengan hidup setelah<br /> kematiannya? Bangkitiah, dan matilah seperti matinya Rasulullah.’ Kemudian ia<br /> menyongsong kaum kafir, dan bertarung sampai terbunuh.”<br /> 8. Hakim menwayatkan bahwa Zaid bin Tsabit r.a. berkata, “Saat Perang Uhud<br /> Rasulullah mengutusku untuk mencari Sa’ad bin Rabi’ r.a. dan beliau berkata<br /> padaku, ‘Jika kau melihatnya bacakan padanya salam dariku, dan katakan<br /> padanya bahwa Rasulullah mengatakan kepadamu, bagaimana kau men-dapati<br /> dirimu?’ Zaid berkata, ‘Aku mulai berkeliling di antara orang-orang yang<br /> terbunuh dan aku temukan Sa’ad bin Rabi’ sedang berada di peng-habisan<br /> napasnya, terdapat tujuh puluh luka berupa tusukan tombak, sabetan pedang, dan<br /> bidikan panah pada tubuhnya.’ Aku katakan padanya, Wahai Sa’ad, Rasulullah<br /> mengucapkan salam untukmu dan mengatakan kepadamu, kabarkan kepadaku<br /> bagaimana kau mendapati dirimu?’ Ia menjawab, ‘Salam bagi Rasulullah dan<br /> salam bagimu, katakan pada beliau, Wahai Rasulullah aku mendapati diriku<br /> mencium bau surga, dan katakan pada kaumku Anshar, jika kalian ikhlas pada<br /> Rasulullah saw. dan masih ada satu jengkal untuk membelanya, maka tidak ada<br /> uzur bagi kalian di sisi Allah (untuk tidak membela Allah dan Rasul-Nya).’ Ia<br /> berkata, ‘Kemudian wafatlah ia rahimahullah.’” Hakim berkomentar, hadits ini<br /> isnadnya sahih, dan keduanya (Bukhari dan Muslim) tidak mengeluarkannya.<br /> Adz-Dzahabi berkata, Sahih.”<br /> Ar Rasul karya Said Hawwa<br /> Collected at : www.rezaervani.com<br /> Komunitas : http://groups.yahoo.com/group/rezaervani<br /> 13<br /> Hakim meriwayatkannya melalui jalan Ibnu Ishaq, “Abdullah bin Abdurrahman<br /> bin Abi Sha’sha’ah menceritakan dari ayahnya bahwa Rasulullah saw. bersabda,<br /> ‘Siapa yang melihat untukku apa yang terjadi pada Sa’ad bin Rabi’ r.a.?’ -<br /> kemudian menuturkan hadits seperti di atas. Sa’ad berkata, ‘Kabarkan pada<br /> Rasulullah saw. bahwa aku termasuk yang mati dan bacakan pada beliau salam<br /> dariku serta katakan pada beliau, semoga Allah membalas engkau dengan<br /> kebaikan, dari kami dan dari semua umatmu.’”<br /> 9. Al-Baihaqi meriwayatkan dari Malik bin Umair r.a., ia telah menemui masa<br /> jahiliah, ia berkata, “Seorang laki-laki datang pada Rasulullah dan berkata, ‘Aku<br /> berteinu musuh dan bertemu ayahku dalam gerombolan mereka, dan aku<br /> mendengar darinya perkataan kotor untukmu, aku tidak bisa sabar sampai<br /> akhirnya aku menusuknya dengan tombak (atau sampai aku bunuh dia).’<br /> Mendengar itu, Nabi saw. diam saja. Kemudian, datang laki-laki lain dan berkata,<br /> ‘Aku bertemu ayahku, aku meninggalkannya, aku lebih suka orang selain aku<br /> yang menghadapinya.’ RasuluUah saw. tetap diam.” Al-Baihaqi berkata, “Ini<br /> adalah hadits mursal yang baik.”<br /> 10. Al-Bazzar meriwayatkan bahwa Abu Hurairah r.a. berkata, “Rasulullah saw.<br /> melewati Abdullah bin Ubay yang sedang berada di bawah tembok benteng dan<br /> berkata, ‘Ibnu Abi Kabsyah melempar debu kepada kita.’ Seketika itu anaknya,<br /> Abdullah bin Abdullah bin Ubay r.a. berkata, Wahai Rasulullah, demi Zat yang<br /> memuliakanmu, jika engkau berkenan pasti aku datangkan kepalanya padamu?’<br /> Beliau menjawab, ‘Jangan kamu lakukan itu, tetapi perlakukan ayahmu dengan<br /> baik dan temanilah dengan baik.’” Haitsami berkata, “Diriwayatkan oleh al-<br /> Barraz dan rijalnya dapat dipercaya.”<br /> 11. Ibnu Hisyam menyebutkan dari Abi Ubaidah dan dari para pakar tentang<br /> peperangan lainnya. Umar ibnul Khathab r.a. mendekati Sa’id ibnul Ash r.a. dan<br /> berkata padanya, “Kurasa, kamu mengira aku telah membunuh ayahmu.<br /> Seandainya pun aku membunuhnya, aku tidak akan meminta maaf padamu karena<br /> aku telah membunuhnya. Aku hanya membunuh pamanku, Ash bin Hisyam bin<br /> Mughirah. Sedangkan bapakmu, aku temukan dia sedang me lampiaskan<br /> marahnya, aku menghalanginya, lalu datanglah anak pamannya menyerangnya<br /> mendahuluiku dan membunuhnya.” Riwayat seperti ini ada dalam al-Bidayah,<br /> dan ditambahkan dalam kitab al-lsthab dan al-Ishabah, “Lalu Sa’id ibnul Ash<br /> berkata padanya, ‘Seandainya kaubunuh dia, kamu benar dan aku yang salah.’<br /> Umar langsung takjub mendengar ucapannya itu.”<br /> 12. Ibnu Sa’id meriwayatkan dari Zuhri, ia berkata, “Ketika Abu Sufyan bin Harb<br /> datang ke Madinah, ia menemui Rasulullah saw., saat itu beliau hendak<br /> menyerang Mekah. Abu Sufyan minta agar Rasulullah saw. memperpanjang dan<br /> menambah isi Perjanjian Hudaibiyah, tetapi Rasulullah saw. sama sekali tidak<br /> menerimanya. Abu Sufyan lalu beranjak dan masuk ke rumah putrinya, Ummu<br /> Ar Rasul karya Said Hawwa<br /> Collected at : www.rezaervani.com<br /> Komunitas : http://groups.yahoo.com/group/rezaervani<br /> 14<br /> Habibah r.a. Ketika ia hendak duduk di kasur Rasulullah saw, Ummu Habibah<br /> melipatnya. Ia berkata, ‘Hai putriku, apakah karena kasur ini kau membenciku<br /> ataukah membenciku karenanya?’ Dia menjawab, ‘Karena kasur itu adalah kasur<br /> Rasulullah dan engkau orang yang najis dan musyrik!’ Abu Sufyan membalas<br /> berkata, ‘Hai putriku, kamu telah ditimpa kejelekan setelah meninggalkanku.’”<br /> Ibnu Ishaq menyebutkan riwayat seperti ini tanpa isnad, sebagaimana dalam al-<br /> Bidayah dan menambahkan, “Aku tidak suka kau duduk pada kasurnya.”<br /> 13. Thabrani meriwayatkan bahwa Anas bin Malik r.a. berkata, “Ketika Perang Uhud,<br /> penduduk Madinah membentuklingkaran. Mereka berkata, ‘Muhammad telah<br /> terbunuh!’ Sehingga menggemalah teriakan-teriakan dari arah Madinah. Maka<br /> keluarlah seorang wanita dari Anshar dan mendapati bapaknya, anaknya, dan<br /> saudaranya-telah mati semua-aku tidak tahu mana yang ia temui lebih dulu. Setiap<br /> kali ia bertemu seorang di antara mereka, wanita itu bertanya, ‘Siapa ini?’ Mereka<br /> menjawab, ‘Bapakmu, saudaramu, anakmu.’ Ia malah bertanya, ‘Apa yang terjadi<br /> dengan Rasulullah saw.?’ Para sahabat menjawab, ‘Beliau ada di depanmu.’<br /> Hingga akhirnya ia tiba di hadapan Rasulullah saw dan memegangi ujung pakaian<br /> beliau seraya berkata, ‘Demi bapakku, engkau dan ibuku, wahai Rasulullah, aku<br /> tidak peduli (apa pun yang menimpa pada keluargaku) asal engkau selamat dari<br /> kecelakaan.’”Nash-nash ini menjelaskan seberapa jauh keimanan para sahabat<br /> dan peng-ikut yang selalu menyertai Rasulullah saw.. Sekaligus menunjukkan<br /> betapa kepercayaan mereka pada Rasulullah saw. sangatlah kuat tiada<br /> bandingnya.<br /> c. Kesaksian Realitas<br /> Kesaksian realitas adalah kesaksian paling tinggi dan kuat karena melalui realitas<br /> manusia bisa mencapai keyakinan yang tidak bercampur keraguan. Silakan<br /> mengadakan kajian yang rinci terhadap segala sesuatu yang datangnya dari<br /> Rasulullah saw, baik perkataan maupun perbuatan. Jika akhimyayang ia temukan<br /> dalam semua perkataan dan perbuatan beliau hanyalah kebenaran dan kejujuran,<br /> serta tidak keluar sedikit pun darinya, maka di hadapan manusia hanya ada satu<br /> jalan, yaitu mempercayai dan membenarkan beliau.<br /> Akan bisa dapati dalam bab kedua, kajian yang sempurna pada Al-Qur’an menjelaskan<br /> pada Anda bahwa semua kandungan Al-Qur’an adalah benar, nyata, dan<br /> berasal dari Allah swt. Akan kita dapati dalam bab ketiga-insya Allah-bahwa<br /> pengujian yang sempurna pada nubuat-nubuat beliau menunjukkan pada Anda<br /> bahwa masa depan adalah penyingkap, pembenar, dan penguat nubuat tersebut<br /> Kami akan menukilkan beberapa contoh dari canda dan gurau beliau. Akan kita<br /> dapati bahwa hal itu tidak keluar dari kebenaran dan kejujuran. Juga contoh janji<br /> beliau, betapa beliau selalu menepatinya dengan benar. Juga, contoh beberapa<br /> hadits beliau, yang manusia bisa mengetahui kejujuran dan kebenaran beliau<br /> melalui penelitian dan pengujian. Kita akan mendapati suatu keajaiban, yaitu<br /> adanya kesesuaian antara apa yang diketahui manusia zaman sekarang setelah<br /> Ar Rasul karya Said Hawwa<br /> Collected at : www.rezaervani.com<br /> Komunitas : http://groups.yahoo.com/group/rezaervani<br /> 15<br /> melakukan hipotesa dan penelitian dengan apa yang diucapkan Rasulullah saw.<br /> beberapa abad yang silam. Kami akan menutup bagian ini dengan catatan penting<br /> bahwa satu-satunya sumber yang dapat kita ambil untuk mengetahui hal-hal yang<br /> gaib dengan pasti adalah Rasulullah saw, dan sabda beliau adalah dalil melebihi<br /> dalil lainnya, disertai pembahasan beberapa persoalan yang berkaitan dengan<br /> masalah ini.<br /> 1) Kejujuran Rasulullah saw. dalam Canda<br /> Manusia kadang-kadang tidak memegang teguh kejujuran dan kebenaran dalam<br /> candanya, tetapi canda Rasulullah saw adalah jujur dan benar, serta memerintahkan<br /> kepada umatnya untuk memegang teguh kejujuran dalam segala situasi<br /> dan kondisi.<br /> Ahmad meriwayatkan dari Anas bin Malik, “Seorang datang pada Nabi saw. dan<br /> meminta pada beliau untuk dinaikkan kendaraan, Rasulullah saw. menjawab,<br /> ‘Aku akan menaikkan kamu pada anak unta.’ Lelaki itu menukas, Wahai Rasulullah,<br /> apa yang aku perbuat dengan anak unta?’ Rasulullah menjawab, Tidakkah<br /> unta hanya melahirkan anak unta (Maksudnya, bukankah anak unta itu juga<br /> unta).’” (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi)<br /> Zaid bin Aslam berkata, “Seorang wanita yang disebut Ummu Aiman datang<br /> kepada Nabi saw. dan berkata, ‘Suamiku mengundangmu.’ Nabi menimpali<br /> (dengan nada bergurau), ‘Siapakah ia? Apakah ia yang di matanya ada putihputihnya?’<br /> Wanita itu berkata, ‘Demi Allah, tidak ada putih-putih pada matanya.’<br /> Beliau menjawab, Thenar, pada matanya ada putih-putihnya.’ Ia berkata, Tidak<br /> demi Allah.’ Beliau menjawab, Tidak ada seorang pun kecuali di matanya ada<br /> putih-putihnya.’” Beliau memaksudkan putih biasa yang melingkari kornea mata,<br /> tetapi wanita itu memahaminya sebagai putih di tengah-tengah mata yang berarti<br /> lelaki tersebut terkena penyakit mata semacam katarak.<br /> Ahmad meriwayatkan dari Anas, “Seorang lelaki dari Badui bernama Zahir<br /> memberi hadiah Nabi dengan suatu hadiah dari Badui, maka Nabi memperhatikannya<br /> ketika hendak keluar. Rasulullah bersabda, ‘Zahir adalah orang Badui<br /> kita dan kita adalah orang kotanya.’ Ia adalah lelaki yang kurus dan Rasulullah<br /> menyukainya. Ketika ia sedang menjual barang-barangnya, Rasulullah mendatanginya<br /> dan mendekapnya dari belakang, saat itu ia tidak melihat Nabi. Zahir<br /> berkata, ‘Lepaskan aku, siapa ini?’ Lalu, ia menoleh dan mengenal Rasulullah. Ia<br /> membiarkan punggungnya melekatpada dada Nabi ketika ia mengetahui bahwa<br /> yang mendekap adalah Nabi. Rasulullah lalu berkata (dengan nada bercanda),<br /> *Siapa yang mau membeli seorang hamba?’ Zahir lalu menyahut, Wahai<br /> Rasulullah, jadi, demi Allah engkau menjadikan aku murah tak laku.’ Rasulullah<br /> saw. bersabda, ‘Kamu di sisi Allah tidak murah.’ Atau beliau bersabda, ‘Kamu<br /> mahal di sisi Allah.’” Diriwayatkan oleh orang-orang tsiqah. Dari perbincangan di<br /> atas, beliau memaksudkan hamba adalah hamba Allah, dan kita semua adalah<br /> hamba Allah swt.<br /> Ar Rasul karya Said Hawwa<br /> Collected at : www.rezaervani.com<br /> Komunitas : http://groups.yahoo.com/group/rezaervani<br /> 16<br /> At-Tirmidzi mengeluarkan dalam bab Syamail bahwa Hasan berkata, “Seorang<br /> nenek-nenek mendatangi Nabi saw. dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, doakanlah<br /> pada Allah agar memasukkan aku ke surga.’ Beliau menjawab, Wahai Ummu<br /> Fulan, sesungguhnya perempuan tua tidak masuk ke dalam surga.’ Maka<br /> perempuan tua itu berpaling dan menangis. Beliau bersabda, ‘Beri tahu ia bahwa<br /> ia tidak akan masuk surga dalam keadaan tua. Allah berfirman,<br /> ‘Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung,<br /> dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.”‘ (al-Waaqi’ah: 35-36)<br /> At-Tirmidzi juga mengeluarkan dalam bab Syamail bahwa Anas berkata,<br /> “Rasulullah berkata kepadaku, Wahai yang memiliki dua kuping.’” Abu Samar<br /> berkomentar bahwa maksud beliau adalah bergurau, setiap manusia memiliki dua<br /> kuping.<br /> Anda lihat dari contoh-contoh di atas bahwa canda beliau tidak keluar dari<br /> kebenaran dan kejujuran, melainkan menggunakan cara yang halus, sampai<br /> kadang tidak dimengerti lawan bicaranya, sehingga lawan bicaranya tersebut<br /> memahaminya dengan pemahaman yang lucu. Begitulah, semua canda dan gurau<br /> beliau adalah jujur dan benar.<br /> At-Tirmidzi meriwayatkan bahwa Abu Hurairah berkata, “Para sahabat berkata,<br /> Wahai Rasulullah. Engkau bergurau dengan kami.’ Beliau bersabda,<br /> ‘Aku tidak berkata kecuali benar.’”<br /> Yang ada pada beliau itu adalah kenabian yang jujur dan benar. Tidak ada<br /> kenabian yang di dalamnya ada kebatilan sedikit pun.<br /> 2) Kejujuran Rasulullah dalam Janji<br /> Abu Dawud meriwayatkan bahwa Abdullah bin Abi Khansa berkata, “Aku<br /> melakukan transaksi jual-beli dengan Nabi saw. sebelum beliau diutus, dan ada<br /> sisa barang yang belum aku berikan padanya, lalu aku menjanjikan padanya untuk<br /> memberikannya di tempatnya itu. Di hari yang telah ditentukan itu dan hari setelahnya<br /> ternyata aku lupa mendatanginya, aku datang pada hari yang ketiga, aku<br /> dapati beliau telah berada di tempat itu. Beliau berkata, Wahai Pemuda, kau telah<br /> menyusahkan aku, aku telah berada di sini selama tiga hari menunggumu.’”<br /> Dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dan al-Hakim, “Rasulullah sedang duduk membagi<br /> pampasan perang Hawazin di Hunain, seseorang berdiri di hadapan beliau dan<br /> mengatakan, ‘Engkau mempunyai janji denganku wahai Rasulullah.’ Beliau<br /> menjawab, ‘Kamu benar, ambillah yang kamu inginkan.’ Lelaki itu berkata, ‘Aku<br /> ambil delapan puluh domba dan penggembalanya.’ Beliau menjawab, Ya, itu<br /> milikmu.’ Lelaki itu berkata, ‘Engkau memutuskan dengan mudah sekali.’”<br /> Ar Rasul karya Said Hawwa<br /> Collected at : www.rezaervani.com<br /> Komunitas : http://groups.yahoo.com/group/rezaervani<br /> 17<br /> Al-Hakim meriwayatkan dari Huwaithib bin Abdul Uzza dalam kisah masuk<br /> Islamnya. Ketika masih musyrik, ia memimpin delegasi yang meminta pada<br /> Rasulullah saw. untuk meninggalkan Mekah dalam Umrah Qadha’ setelah masa<br /> tiga hari yang disepakati. Huwaithib berkata, ‘Ketika Rasulullah datang untuk<br /> Umrah Qadha’ dan kaum Quraisy keluar dari Mekah, aku termasuk orang-orang<br /> yang tetap tinggai di Mekah, yaitu aku dan Suhail ibnul Amru, yang bertugas<br /> untuk mengeluarkan Rasulullah jika waktunya telah lewat Tatkala tiga hari telah<br /> terpenuhi aku dan Suhail ibnul Amru menghadap beliau dan mengatakan, Telah<br /> lewat syaratmu maka keluarlah dari negeri kami.’ Beliau langsung berteriak,<br /> Wahai Bilal, jangan sampai ada kaum muslimin yang ikut kita masih berada di<br /> Mekah saat matahari terbenam.’”<br /> Berikut ini bagian dari kitab Bathlul Abthal, pengarangnya merinci sebagian sikap<br /> setia pada janji yang diamalkan oleh Rasulullah saw. Ia menuliskan, “Sebelum<br /> tahun Perjanjian Hudaibiyah kaum Quraisy telah mengepung Madinah.<br /> Persekutuan orang-orang kafir (Ahzab) yang terdiri dari seluruh bangsa Arab baik<br /> Arab kota maupun Badui telah bersepakat untuk melakukan hal itu. Bani<br /> Quraizhah mencabut perjanjiannya dengan Rasulullah. Dengan adanya hal itu,<br /> bertambahlah penderitaan kaum muslimin, mereka benar-benar digoncang dengan<br /> goncangan yang dahsyat, tetapi Allah menolong hamba-Nya yang beriman, dan<br /> memuliakan mereka serta menanam ketakutan dalam hati kaum musyrikin.<br /> Akhirnya, pasukan Islam dengan dipimpin Rasulullah menyerang kota Mekah dan<br /> sampai di Hudaibiyah. Kaum Quraisy lalu mengirim utusannya pada Muhammad.<br /> Coba perhatikan, inilah Urwah ibnul Masud ats-Tsaqafi utusan mereka, kembali<br /> kepada mereka dan menyifati keadaan Muhammad saw. serta tentaranya dengan<br /> kalimat sebagai berikut<br /> ‘Aku telah datang pada Kisra Persia dalam kerajaannya, dan Kaisar Romawi<br /> dalam kerajaannya serta Raja Najasyi dalam kerajaannya, sungguh aku tidak<br /> melihat seorang raja sekali pun di mata rakyatnya seperti Muhammad di mata<br /> sahabat-sahabatnya.’ Muhammad saat itu dalam keadaan mantap dan kuat tetapi<br /> ia tidak ingin perang. Ia bersabda,<br /> ‘Jika saat ini Quraisy mengajakku kepada rencana yang isinya memintaku untuk<br /> menjalin silaturahmi, pasti aku penuhi’<br /> Suhail bin Amru datang sebagai delegasi Quraisy yang membuat Muhammad<br /> saw. dan pasukannya tidak jadi masuk Mekah. Salah satu syarat perjanjian ini<br /> adalah syarat yang secara zahir merugikan, yaitu bahwa Muhammad harus<br /> menyerahkan kepada Quraisy orang yang pergi ke tempat kaum muslimin tanpa<br /> izin walinya, dan mereka tidak dituntut mengembalikan pengikutbeliau yang pergi<br /> ke Quraisy.<br /> Ar Rasul karya Said Hawwa<br /> Collected at : www.rezaervani.com<br /> Komunitas : http://groups.yahoo.com/group/rezaervani<br /> 18<br /> Syarat ini mengagetkan para sahabat Nabi saw., termasuk Umar ibnul Khaththab<br /> r.a.. Sehingga ia pergi menemui Abu Bakar dan Rasulullah saw. seraya<br /> mengatakan, ‘Bukankah kita muslimin! Bukankah mereka musyrikin! Bukankah<br /> engkau Rasulullah! Untuk apa kita berikan kerendahan pada agama kita?’<br /> Rasulullah saw. bersabda, ‘Aku adalah hamba Allah dan rasul-Nya tidak akan<br /> menyalahi perintah-Nya dan Dia tidak akan menyia-nyiakan aku.’ Abu Bakar<br /> berkata, ‘Aku bersaksi sesungguhnya dia utusan Allah.’<br /> Menerimanya kaum muslimin pada syarat ini adalah menyerahnya mereka pada<br /> perkara yang belum diketahui rahasianya. Hal itu merupakan ujian yang terbesar<br /> bagi kesabaran mereka.<br /> Ketika mereka dalam keadaan bersitegang seperti ini dan Rasulullah saw. telah<br /> selesai bernegosiasi dengan delegasi Quraisy, yaitu Suhail bin Amru, namun akad<br /> belum ditulis dan belum selesai. Tiba-tiba datanglah pada mereka Abu Jandal, ia<br /> berteriak dan berjalan tertatih-tatih dengan kaki terbelenggu. Abu Jandal ini<br /> adalah anak Suhail bin Amru. Begitu Suhail melihat anaknya, ia beranjak ke arahnya<br /> dan mengambil rantai belenggunya seraya berkata, ‘Wahai Muhammad, persoalan<br /> antara aku dan kamu telah mengerucut-artinya negosiasi telah selesaisebelum<br /> datang anak ini.’ Nabi menjawab, ‘Kau benar.’ Dan, Abu Jandal<br /> berteriak memanggil-manggil kaum muslimin, ‘Apakah aku akan dikembalikan<br /> pada kaum musyrikin yang merusak agamaku?’<br /> Bayangkanlah sikap itu, sikap Muhammad saw. yang berani, yang telah aku<br /> ceritakan pada Anda keberaniannya yang tiada bandingnya. Dialah orang kuat<br /> yang keluar dari Madinah maju dengan tentaranya. Sekarang telah Anda dengar<br /> bagaimana Urwah bin Mas’ud menyifatinya. Bayangkanlah bagaimana beliau<br /> melihat sahabat terdekatnya (dalam keadaan tersiksa), datang tertatih-tatih<br /> terbelenggu, padahal ia termasuk orang terpandang di Quraisy, ia berjalan<br /> terbelenggu karena ikut Muhammad dan ikut agama Muhammad. Kemudian<br /> lihatlah, beliau tidak goyah dan tidak ragu-ragu sama sekali pada apa yang belum<br /> ditulis dan belum selesai. Beliau berkata pada Suhail, ‘Kau benar, persoalan telah<br /> selesai.’ Dan beliau mengembalikan sahabatnya dalam keadaan menangis pada<br /> musuhnya. Coba lihatlah itu semua. Lantas siapa saja, coba tuliskan padaku satu<br /> keteladanan saja dalam sejarah manusia semua seperti keteladanan yang dicontohkan<br /> Muhammad saw. dalam menjaga dan menepati perkataan yang telah ia katakan<br /> meski belum ditulis dan belum selesai.”<br /> Penulis kitab juga menuturkan contoh lain,<br /> “Kemudian lihatlah, kesetiaan beliau juga terhadap musyrikin. Di antara syarat<br /> Perjanjian Hudaibiyah adalah siapa saja bisa masuk dalam akad dan janji<br /> Muhammad dan siapa saja bisa masuk dalam akad dan janji Quraisy. Masuklah<br /> kabilah Khuza’ah dan sekutunya pada akad dan janji Muhammad saw. serta<br /> menjadi sekutu beliau. Ketika Quraisy merusak perjanjiannya dan membantu<br /> sekutunya, yaitu Bakar dan melibas Khuza’ah. Datanglah Amru bin Salim alAr<br /> Rasul karya Said Hawwa<br /> Collected at : www.rezaervani.com<br /> Komunitas : http://groups.yahoo.com/group/rezaervani<br /> 19<br /> Khuza’i meminta janji Rasulullah saw. dan meminta beliau menolong sekutunya.<br /> Amru bersimpuh di hadapan Rasulullah saw saat berada di masjid. Ia meratap dan<br /> berkata,<br /> Wahai Tuhan, aku meratap pada Muhammad.<br /> Sekutu ayah kami dan ayahnya yang sangat erat<br /> Tolonglah (Muhammad).<br /> Allah menunjukkanmu kemenangan yang pasti.<br /> Ajaklah hamba-hamba Allah, mereka pasti datang memberi bantuan.<br /> Dalam gelombang pasukan seperti samudra<br /> yang berjalan berbuih-buih.<br /> Sesungguhnya Quraisy mengingkari janji padamu<br /> Dan merusak perjanjianmu yang telah dikuatkan.’<br /> Maka serangan Quraisy terhadap kaum musyrikin bani Khuza’ah yang menjadi<br /> sekutu kaum muslimin itu, menjadi sebab disiapkannya pasukan terbesar yang<br /> dikenal Jazirah Arab dan sejarah untuk membantu sekutu seseorang saat itu.<br /> Dampak hal itu adalah terbukanya kota Mekah sebagaimana kita diketahui<br /> bersama Inilah contoh kesetiaan Rasulullah saw. pada musuh agama yang telah<br /> beliau ikat perjanjian, atau sebelum mereka bersekutu dengan kaum musyrikin<br /> selain mereka.”1<br /> Inilah contoh-contoh dari kejujuran dan kesetiaan beliau dalam menepati janji dan<br /> perjanjian. Tidak pernah terjadi bahwa Rasulullah saw. berjanji atau membuat<br /> perjanjian kemudian beliau ingkar atau berkhianat<br /> Bukhari meriwayatkan bahwa ketika Heraklius bertanya pada Abu Sufyan tentang<br /> Muhammad, “Apakah ia berkhianat?” Abu Sufyan menjawab, ‘Tidak.” Setelah<br /> itu, Heraklius mengatakan, “Aku tanyakan kepadamu apakah ia berkhianat maka<br /> kalian anggap bahwa ia tidak berkhianat memang seperti itulah seorang rasul, ia<br /> tidak berkhianat”<br /> Berkhianat tergolong dusta, ingkar janji adalah dusta, dan Rasulullah saw. bersih<br /> dari itu semua. Dari contoh sedikit yang kami sebutkan, Anda melihat bahwa<br /> tidak ada seorang pun dari manusia yang mencapai tingkatan yang dicapai<br /> Rasulullah saw. dalam kesetiaan menjaga kehormatan perkataan. Kalaupun ada, ia<br /> adalah murid yang mengikuti keteladanannya.<br /> Kalimat yang terucap dari Rasulullah saw. adalah jaminan yang tidak ada jaminan<br /> setelahnya. Sampai-sampai musuhnya yang paling keras dan paling lama<br /> memusuhi beliau dalam perjalanan dakwah beliau tidak ragu-ragu untuk<br /> memasukkan dirinya dalam naungan kaum muslimin, jika telah mereka pastikan<br /> 1 Bathlul Abthal, karangan Abdurrahman Azzam<br /> Ar Rasul karya Said Hawwa<br /> Collected at : www.rezaervani.com<br /> Komunitas : http://groups.yahoo.com/group/rezaervani<br /> 20<br /> bahwa yang menjamin keamanan mereka adalah Muhammad saw. Mereka<br /> percaya bahwa perkataan Muhammad adalah jaminan yang tidak sama dengan<br /> jaminan lainnya. Siapa yang menelusuri peristiwa-peristiwa sirah pasti<br /> menemukan contoh yang banyak atas hal ini. Itulah sifat shidiq (jujur dan benar)<br /> yang dimiliki para nabi. Tidak pernah berubah sama sekali.<br /> www.rezaervani.com<br /> Pusat Informasi Pendidikan, Budaya & Sains Terapan<br /> MENU ANDALAN<br /> PERPUSTAKAAN DIGITAL UNTUK INDONESIA<br /> http://digilib.rezaervani.com<br /> KONSULTASI SYARIAH<br /> Asuhan Ustadz Khozin Abu Faqih, Lc<br /> (Penulis Buku Produktif, Mantan Pengasuh Khazanah MQ 102,7 FM)<br /> http://konsultasi.rezaervani.com<br /> KONSULTASI MUSLIMAH<br /> Asuhan Ustadzah Ummu Yusuf<br /> (Salah Seorang Pengasuh Acara Rumahku Surgaku MQ 102,7 FM)<br /> http://muslimah.rezaervani.com<br /> JARINGAN BLOG MUSLIM PERTAMA DI INDONESIA<br /> Saatnya beralih ke provider Blog GRATIS Nasional<br /> http://blog.rezaervani.com<br /> PROGRAM DOMPET ILMU PENGETAHUAN<br /> Berinfaq untuk Pendidikan Nasional<br /> http://donasi.rezaervani.com<br /> LAPORAN BERKALA KEUANGAN<br /> http://keuangan.rezaervani.com<br /> Bergabunglah di Komunitas Kami :<br /> http://groups.yahoo.com/group/rezaervani

artikel sifat-sifat rasulullah

Ar Rasul karya Said Hawwa Collected at : www.rezaervani.com Komunitas : http://groups.yahoo.com/group/rezaervani 1 SIFAT-SIFAT RASULULLAH Kami mulai bab ini, dengan tujuan mengenalkan beberapa segi dari kepribadian Rasulullah saw., sehingga hal itu …

Baca selengkapnya »

baksos

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIlrRaW7ph-NtCLQu8IqVAwZFLO34-VtSqne5vxxFkJUOoM-YBJof8ZiGybNXlKhnOIMe3sIZwckpT_TlWjZrK0EpnHWhUtI9vew6NoWnPmTRYUNfu3Pm7DndulRqXue6hD958rIizPMQn/s1600/06012013666.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIlrRaW7ph-NtCLQu8IqVAwZFLO34-VtSqne5vxxFkJUOoM-YBJof8ZiGybNXlKhnOIMe3sIZwckpT_TlWjZrK0EpnHWhUtI9vew6NoWnPmTRYUNfu3Pm7DndulRqXue6hD958rIizPMQn/s320/06012013666.jpg" width="320" /></a></div> assalamu'alaikum wr.wb segala puji marilah kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT dimana kita masih diberikan nikmat iman dan nikmat islam, tak lupa solawat serta salam marilah selalu kita curahkan kepada nabi Muhamad SAW yang kita nantikan safaatnya di dunia dan di akhirat. pada kesempatan kali ini saya ingin memberikan beberapa pengalaman dari beberapa kegiatan dari anak ADS yang kita laksanakan salah satunya adalah mengadakan bakti sosial, kemaran kita mengadakan bakti sosial ke PAY Muhamadiyah temanggung. alhamdulillah acara tersebut dapat berjalan lancar.

kegiatan baksos

assalamu'alaikum wr.wb segala puji marilah kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT dimana kita masih diberikan nikmat iman dan nikmat islam, tak lupa solawat serta salam marilah selalu kita curahkan kepada nabi Muhamad SAW yang kita nantikan safaatn…

Baca selengkapnya »

kisah nabi musa

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <br /> <h2 style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 21px; line-height: 20px; margin: 0px 0px 25px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Kisah Nabi Musa dan Khadhir (Nabi Khidir)<b style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><br /></b></h2> <div style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 30px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Suatu ketika <b style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Nabi Musa</b> berkhutbah di tengah-tengah Bani Israil, lalu ia ditanya, “Siapakah manusia yang paling dalam ilmunya?” Ia menjawab, “Sayalah orang yang paling dalam ilmunya.” Maka Allah<i style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Subhanahu wa Ta’ala</i> menyalahkannya karena tidak mengembalikan ilmu kepada-Nya. Allah<i style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Subhanahu wa Ta’ala</i> kemudian mewahyukan kepadanya yang isinya, “Bahwa salah seorang hamba di antara hamba-hamba-Ku yang tinggal di tempat bertemunya dua lautan lebih dalam ilmunya daripada kamu.” Musa berkata, “Wahai Tuhanku, bagaimana cara menemuinya?” Maka dikatakan kepadanya, “Bawalah ikan (yang sudah mati) dalam sebuah keranjang. Apabila engkau kehilangan ikan itu, maka orang itu berada di sana.”<br /> <span id="more-2699" style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"></span><br /> Musa pun berangkat bersama muridnya Yusya’ bin Nun dengan membawa ikan dalam keranjang, sehingga ketika mereka berdua berada di sebuah batu besar, keduanya merebahkan kepala dan tidur (di atas batu itu), lalu ikan itu lepas dari keranjang dan mengambil jalannya ke laut dan cara perginya membuat Musa dan muridnya merasa aneh.</div> <div style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 30px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Keduanya kemudian pergi pada sisa malam yang masih ada hingga tiba pagi hari. Ketika pagi harinya, Musa berkata kepada muridnya, “Bawalah kemari makanan kita, sungguh kita telah merasa letih karena perjalanan ini.” Musa tidaklah merasakan keletihan kecuali setelah melalui tempat yang diperintahkan untuk didatangi.</div> <div style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 30px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Muridnya kemudian berkata kepadanya, “Tahukah engkau ketika kita mecari tempat berlindung di batu tadi, aku lupa menceritakan tentang ikan itu, dan tidak ada yang membuatku lupa untuk mengingatnya kecuali setan,” Musa berkata, “”Itulah (tempat) yang kita cari.”</div> <div style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 30px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. Ketika mereka sampai di batu besar itu, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang menutup dirinya dengan kain atau tertutup dengan kain, lalu Musa memberi salam kepadanya. Kemudian Khadhir berkata, “Dari mana ada salam di negerimu?” Musa berkata, “Aku Musa.” Khadhir berkata, “Apakah Musa (Nabi) Bani Israil?” Ia menjawab, “Ya.” Musa berkata, “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku ilmu yang benar yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?” Khadhir berkata, “Sesungguhnya engkau tidak akan sanggup bersabar bersamaku, wahai Musa?” Sesungguhnya aku berada di atas ilmu dari ilmu Allah yang Dia ajarkan kepadaku yang engkau tidak mengetahuinya, demikian pula engkau berada di atas ilmu yang Dia ajarkan kepadamu dan aku tidak mengetahuinya.” Musa berkata, “Engkau akan mendapatiku insya Allah sebagai orang yang sabar dan aku tidak akan mendurhakai perintahmu.”</div> <div style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 30px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Keduanya pun pergi berjalan di pinggir laut, sedang mereka berdua tidak memiliki perahu, lalu ada sebuah perahu yang melintasi mereka berdua, maka keduanya berbicara dengan penumpangnya agar mengangkutkan mereka berdua, dan ternyata diketahui (oleh para penumpangnya) bahwa yang meminta itu Khadhir, maka mereka pun mengangkut keduanya tanpa upah.</div> <div style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 30px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Tiba-tiba ada seekor burung lalu turun ke tepi perahu kemudian mematuk sekali atau dua kali patukan ke laut. Khadhir berkata, “Wahai Musa, ilmuku dan ilmumu yang berasal dari Allah tidak lain seperti patukan burung ini ke laut (tidak ada apa-apanya di hadapan ilmu Allah), lalu Khadhir mendatangi papan di antara papan-papan perahu kemudian dicabutnya.” (Melihat keadaan itu) Musa berkata, “Orang yang telah membawa kita tanpa meminta imbalan, namun malah engkau lubangi perahunya agar penumpangnya tenggelam.” Khadhir berkata, “Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, bahwa engkau tidak akan sanggup bersabar bersamaku.” Musa berkata, “Janganlah engkau hukum aku karena lupaku dan janganlah engkau bebankan aku perkara yang sulit.”</div> <div style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 30px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Untuk yang pertama Musa lupa, maka keduanya pun pergi, tiba-tiba ada seorang anak yang sedang bermain dengan anak-anak yang lain, kemudian Khadhir memegang kepalanya dari atas, lalu menarik kepalanya dengan tangannya. Musa berkata, “Apakah engkau hendak membunuh seorang jiwa yang bersih bukan karena ia membunuh orang lain.” Khadhir berkata, “Sesungguhnya engkau tidak akan sanggup bersabar bersamaku.”</div> <div style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 30px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Keduanya pun berjalan, sehingga ketika mereka sampai ke penduduk suatu kampung, keduanya meminta agar penduduknya menjamu mereka, namun tidak diberi. Keduanya pun mendapatkan sebuah dinding yang hampir roboh, maka Khadhir menegakkannya, Khadhir melakukannya dengan tangannya. Musa pun berkata, “Sekiranya engkau mau, niscaya engkau dapat meminta imbalan untuk itu.” Maka Khadhir berkata, “Inilah perpisahan antara aku dengan kamu.”</div> <div style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 30px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Kemudian Khadhir menyampaikan alasan terhadap tindakan yang dilakukannya, ia berkata:</div> <div style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 30px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> <i style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">“Adapun kapal itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan kapal itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas setiap kapal.–Dan adapun anak muda itu, maka kedua(orang tuanya)nya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran.–Dan kami menghendaki, agar Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).–Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Itulah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya”.</i> (QS. Al Kahfi: 79-82).</div> <h3 style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 19px; line-height: 20px; margin: 0px 0px 25px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Kisah Sapi Betina</h3> <div style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 30px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Di zaman Nabi Musa <i style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">‘alaihissalam</i> terjadi beberapa perkara aneh, di antaranya kisah terbunuhnya salah seorang Bani Israil yang tidak diketahui siapa pembunuhnya. Mereka telah mencari siapa pembunuhnya namun tetap saja tidak mengetahui siapa pembunuhnya. Ketika mereka telah bosan mencarinya, maka mereka ingat, bahwa di tengah-tengah mereka ada Nabi Musa <i style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">‘alaihissalam</i>, lalu sebagian mereka mendatanginya dan memintanya untuk berdoa kepada Allah agar Dia memberitahukan siapa pembunuhnya.</div> <div style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 30px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Lalu  Nabi Musa <i style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">‘alaihissalam</i> berdoa kepada Allah agar menyelesaikan masalah itu, kemudian Allah mewahyukan kepada Nabi Musa <i style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">‘alaihissalam</i> agar ia memerintahkan mereka menyembelih seekor sapi betina.</div> <div style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 30px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Saat mereka mendengar perintah itu, mereka heran dan menyangka bahwa hal itu hanya mengolok-olok mereka, sehingga Bani Israil tidak segera melaksanakan perintah itu, bahkan kembali bertanya tentang sifat-sifat sapi betina itu dan meminta penjelasan lebih rinci tentang sifat-sifatnya.</div> <div style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 30px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Karena mereka tidak segera melaksanakan perintah itu bahkan membebani diri dengan bertanya lebih rinci sifat-sifatnya sehingga mereka diberi beban dengan beban yang lebih berat, diberitahukan kepada mereka sifat-sifatnya yang berbeda dengan sapi betina lainnya.</div> <div style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 30px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Allah menyuruh mereka menyembelih sapi yang tidak muda dan tidak tua yang sudah banyak melahirkan, tetapi sapi itu masih kuat yang baru melahirkan sekali atau dua kali. Kalau mereka langsung mengerjakan, tentu akan mudah mendapatkannya, tetapi mereka malah bertanya lagi kepada Nabi Musa sifat-sifatnya; mereka bertanya apa warnanya, maka Nabi Musa <i style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">‘alaihissalam</i> berkata, “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya.”</div> <div style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 30px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Mereka pun terus bertanya tentang sapi betina itu sehingga mereka dibebani dengan beban yang lebih berat lagi, yaitu perintah Nabi Musa <i style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">‘alaihissalam</i> berikutnya, “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya.”</div> <div style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 30px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Mereka pun berkata, “Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya”.</div> <div style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 30px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> kemudian mereka mencari sapi itu dengan susah payah hingga akhirnya mereka menemukannya dan membelinya dengan harga yang cukup mahal, mereka pun menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.” (Lihat. QS. Al Baqarah: 69-71)</div> <div style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 30px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Selanjutnya Nabi Musa <i style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">‘alaihissalam</i> mendekati sapi itu dan mengambil bagian anggota badannya, kemudian ia gunakan untuk memukul orang yang terbunuh itu, maka tiba-tiba orang yang terbunuh itu dapat bergerak setelah Allah mengembalikan ruhnya kepadanya, kemudian ia memberitahukan siapa pembunuhnya, yaitu putra saudaranya,  kemudian ia pun mati lagi. Ini termasuk mukjizat besar dari Allah untuk menunjukkan kebenaran Nabi Musa <i style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">‘alaihissalam</i>.</div> <h3 style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 19px; line-height: 20px; margin: 0px 0px 25px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Kisah Nabi Musa dengan Qarun</h3> <div style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 30px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Qarun termasuk kaum Nabi Musa <i style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">‘alaihissalam</i>. Ia adalah seorang yang kaya, harta dan simpanannya banyak, bahkan kunci-kunci simpanan kekayaannya tidak dapat dibawa kecuali oleh orang-orang yang kuat.</div> <div style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 30px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Akan tetapi, Qarun mendurhakai Nabi Musa dan Harun, ia tidak menerima nasihat keduanya, dan ia menyangka bahwa harta dan kenikmatan yang didapatkannya adalah karena ia berhak memilikinya dan bahwa ia memperolehnya karena ilmunya.</div> <div style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 30px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Suatu hari, Qarun keluar ke Madinah dengan perhiasan yang besar dan perlengkapan yang banyak sambil memakai pakaian yang bagus. Ketika ia melewati manusia, maka sebagian manusia mendekatinya untuk memberinya nasihat dengan berkata, <i style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">“Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.–Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. </i>(QS. Al Qashash: 76-77)</div> <div style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 30px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Maka Qarun menolak nasihat itu dengan sombong, ia berkata, “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.”</div> <div style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 30px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Ia menyangka bahwa harta yang diperolehnya ini karena kecerdasan dan kemampuannya.</div> <div style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 30px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Suatu ketika Qarun keluar ke hadapan manusia dengan satu iring-iringan yang lengkap dengan pengawal, hamba sahaya dan segala kemewahannya untuk memperlihatkan kemegahannya kepada kaumnya. Saat itu, sebagian manusia ada yang terfitnah (terpukau) dengan kekayaan dan perhiasan Qarun, mereka ingin sekiranya mereka mempunyai seperti yang dimiliki Qarun, tetapi orang-orang saleh di antara mereka berkata, <i style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">“Pahala Allah lebih baik bagi orang yang beriman dan beramal saleh.”</i></div> <div style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 30px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Ketika Qarun terus bersikap sombong dan congkak, maka Allah benamkan Qarun dan rumahnya ke dalam bumi, dan tidak ada seorang pun yang mampu menolongnya, dan ketika itu, orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu, berkata, <i style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">“Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Wahai, tidak beruntung orang- orang yang mengingkari (nikmat Allah).”</i> (QS. Al Qashash: 82)</div> <h3 style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 19px; line-height: 20px; margin: 0px 0px 25px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Wafatnya Nabi Musa <i style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">‘Alaihissalam</i></h3> <div style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 30px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Rasulullah <i style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> menceritakan tentang wafatnya Nabi Musa <i style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">‘alaihissalam</i>sebagai berikut:</div> <div class="arab" style="background-image: url(http://kisahmuslim.com/wp-content/themes/duplex/images/line-arab.gif); border: 0px; color: #444444; direction: rtl; font-family: 'KFGQPC Uthman Taha Naskh', KFGQPC_Naskh, 'Traditional Arabic', Tahoma, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 30px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: right; vertical-align: baseline;"> جَاءَ مَلَكُ الْمَوْتِ إِلَى مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ. فَقَالَ لَهُ: أَجِبْ رَبَّكَ قَالَ فَلَطَمَ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ عَيْنَ مَلَكِ الْمَوْتِ فَفَقَأَهَا، قَالَ فَرَجَعَ الْمَلَكُ إِلَى اللهِ تَعَالَى فَقَالَ: إِنَّكَ أَرْسَلْتَنِي إِلَى عَبْدٍ لَكَ لَا يُرِيدُ الْمَوْتَ، وَقَدْ فَقَأَ عَيْنِي، قَالَ فَرَدَّ اللهُ إِلَيْهِ عَيْنَهُ وَقَالَ: ارْجِعْ إِلَى عَبْدِي فَقُلْ: الْحَيَاةَ تُرِيدُ؟ فَإِنْ كُنْتَ تُرِيدُ الْحَيَاةَ فَضَعْ يَدَكَ عَلَى مَتْنِ ثَوْرٍ، فَمَا تَوَارَتْ يَدُكَ مِنْ شَعْرَةٍ، فَإِنَّكَ تَعِيشُ بِهَا سَنَةً، قَالَ: ثُمَّ مَهْ؟ قَالَ: ثُمَّ تَمُوتُ، قَالَ: فَالْآنَ مِنْ قَرِيبٍ، رَبِّ أَمِتْنِي مِنَ الْأَرْضِ الْمُقَدَّسَةِ، رَمْيَةً بِحَجَرٍ، قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «وَاللهِ لَوْ أَنِّي عِنْدَهُ لَأَرَيْتُكُمْ قَبْرَهُ إِلَى جَانِبِ الطَّرِيقِ، عِنْدَ الْكَثِيبِ الْأَحْمَرِ»</div> <div style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 30px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> “<i style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Malaikat maut datang kepada Nabi Musa ‘alaihissalam, lalu malaikat itu berkata kepadanya, “Penuhilah Tuhanmu.” Maka Nabi Musa segera memukul mata malaikat maut dan mencoloknya, kemudian malaikat itu kembali kepada Allah Ta’ala dan berkata, “Engkau mengirimku kepada seorang hamba yang tidak mau mati.” Dan ia telah mencolok mataku, lalu Allah mengembalikan matanya dan berfirman, “Kembalilah kepada hamba-Ku dan katakan, “Apakah engkau ingin hidup?” Jika engkau ingin hidup, maka letakkanlah tanganmu di atas punggung sapi, maka hidupmu sampai waktu sebanyak bulu yang tertutup tanganmu. Engkau masih dapat hidup setahun.” Kemudian Musa berkata, “Selanjutnya apa?” Allah berfirman, “Selanjutnya engkau mati.” Musa berkata, “Kalau begitu sekaranglah segera.” Wahai Tuhanku, matikanlah aku di dekat negeri yang suci yang jaraknya sejauh lemparan batu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allah, kalau sekiranya aku berada dekat sana, tentu aku akan memberitahukan kalian kuburnya di pinggir jalan, di dekat bukit pasir merah</i>.” (HR. Muslim)</div> <div style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 30px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Disebutkan dalam riwayat, bahwa para malaikat yang mengurus pemakamannya dan yang menyalatkannya. Ketika itu, usianya 120 tahun.</div> <div style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 30px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> <i style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Selesai dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya, </i><i style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.</i></div> <div style="border: 0px; color: #444444; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 22px; margin-bottom: 30px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> <i>diperoleh di <a href="http://kisahmuslim.com/kisah-nabi-musa-dan-harun-alaihimasssalam-bag-5-selesai/">kisahmuslim.com</a></i></div> </div>

sirah kisah nabi musa

Kisah Nabi Musa dan Khadhir (Nabi Khidir) Suatu ketika Nabi Musa berkhutbah di tengah-tengah Bani Israil, lalu ia ditanya, “Siapakah manusia yang paling dalam ilmunya?” Ia menjawab, “Sayalah orang yang paling dalam ilmunya.” Maka AllahSubhanahu wa T…

Baca selengkapnya »

tentang ADS

ADS ( aktivis dakwah sekolah ) adalah salah satu organisasi yang bergerak di bidang keagamaan di smkn 2 temanggung dimana kegiatanya salah satunya adalah mengadakan peringatan hari besar islam. selain itu kami juga mengadakan kegiatan rutin pengajian 2 ahad sekali di smkn 2 tmg.

ads tentang ADS

ADS ( aktivis dakwah sekolah ) adalah salah satu organisasi yang bergerak di bidang keagamaan di smkn 2 temanggung dimana kegiatanya salah satunya adalah mengadakan peringatan hari besar islam. selain itu kami juga mengadakan kegiatan rutin pengajian…

Baca selengkapnya »